Dishanpan Jawa Tengah dengan Seknas BUMP Indonesia Kunjungi STA Sewukan
Magelang – Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jawa Tengah bersama Sekretariat Nasional Badan Usaha Milik Petani (Seknas BUMP) Indonesia mengunjungi Sub Terminal Agribisnis (STA) Sewukan pada Kamis (5/8) bertempat di Desa Sewukan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Kunjungan tersebut dilakukan oleh Dishanpan Jawa Tengah dalam rangka merespons anjloknya harga komoditas hortikultura terutama cabai rawit yang berada pada angka Rp15.000/kg setelah sebelumnya sempat naik pada angka Rp20.000/kg.
Ketua Pengelola STA Sewukan, Riyanto sangat menyambut baik kedatangan dari Dishanpan Jawa Tengah dan Seknas BUMP Indonesia. Riyanto menjelaskan bahwa Sub Terminal Agribisnis (STA) Sewukan merupakan pasar tradisional sekaligus pusat transaksi jual beli bahan pangan komoditas hortikultura di Kabupaten Magelang. Selain berasal dari Kecamatan Dukun sendiri, pedagang juga berasal dari wilayah sekitar seperti Sawah, Pakis dan Sawangan. Transaksi jual beli yang terjadi di STA Sewukan tidak hanya waktu siang saja, namun juga malam.
“Penjual sayur disini merupakan petani dan tengkulak yang berasal dari Sawah, Pakis, Sawangan. Sedangkan pembeli sayur selain dari Magelang ada yang berasal dari daerah Jogja dan Solo. Sub Terminal Agribisnis sementara ini hanya berperan sebagai fasilitator antara penjual dan pembeli. Di sini ada dua sesi penjualan yaitu pedagang siang dan pedagang malam. Pedagang malam merujuk harga Muntilan karena STA harga tinggi. Selanjutnya berbagi keuntungan dengan tengkulak disini,” jelas Riyanto.
Terkait anjloknya harga cabai, Riyanto menyatakan hal tersebut terjadi karena saat ini Kabupaten Magelang memasuki masa panen raya cabai sehingga pasokannya melimpah. Riyanto menambahkan sulitnya memprediksi harga cabai apalagi dengan produktivitas petani yang fluktuatif. Selain itu, peran pengepul sebagai pedagang yang terlibat dalam penentuan harga di STA Sewukan juga menjadi penyebab anjloknya harga cabai.
“Harga sayur ditentukan bukan dari STA namun dua belah pihak antara pembeli dan penjual biasanya pengepul dengan pembeli. Mayoritas transaksi merupakan kerja sama pengepul asal dengan pengepul pembeli. Salah satu masalah harga rendah dipengaruhi oleh waktu panen raya dan produktivitas fluktuatif sehingga harga cabai bulan Juli-Agustus anjlok. Biasanya harga cabai saat lebaran naik, namun tahun ini malah turun. Harga cabai sulit diprediksi, harga terendah saat ini Rp 15.000/kg,” tambah Riyanto.
Dishanpan Jawa Tengah, Sri Broto Rini S.P. M.P. menanggapi perihal harga cabai yang anjlok dengan menyarankan agar STA Sewukan dapat selalu memantau perkembangan harga dan disampaikan ke dinas. Disisi lain, Rini memberikan apresiasi penuh terhadap apa yang sudah dilakukan oleh kepala desa dan Riyanto dalam terbentuknya STA Sewukan hingga berkembang sampai saat ini. Ke depan Dishanpan Jawa Tengah dengan STA Sewukan perkuat komunikasi lebih intensif agar dapat mengatasi masalah yang ada.
“STA Sewukan sebagai pusat transaksi jual beli sangat bagus untuk dikembangkan ke depannya agar tidak hanya menjadi pasar saja namun bisa mengatasi masalah petani. Peran yang dilakukan hingga sampai saat ini sudah sangat baik. Maka perlu ditingkatkan. Kita dapat bekerja sama dengan Seknas BUMP Indonesia untuk menguatkan STA ini melalui pembentukan kelembagaan ekonomi petani berupa BUMP,” ujar Rini selaku Kasi Distribusi dan Cadangan Pangan.
Ketua Seknas BUMP Indonesia, Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo M.M yang pada kesempatan tersebut hadir mendampingi Dishanpan Jawa Tengah sangat bahagia dapat mengunjungi STA Sewukan ini. Edi berharap nantinya masalah anjloknya harga di STA Sewukan dapat terselesaikan dengan baik. Melihat potensi yang dimiliki, STA Sewukan dapat segera membentuk kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum agar tidak hanya berperan sebagai penyedia transaksi jual beli namun juga dapat memberdayakan petani.
“Selama ini kan paguyuban ini tidak memiliki badan hukum, perlu dibentuk kelembagaan yang berbadan hukum untuk menguatkan tata niaga di STA ini terutama untuk menanggulangi masalah harga dan rantai distribusi belum lagi pembiayaan terutama yang tidak memiliki modal sendiri. Jika kelembagaan tersebut terbentuk setidaknya dapat mengurangi kegelisahan petani selama ini terutama terkait harga dan pembiayaan,” pungkas Edi.