Jateng Berikan Pembekalan Kepada Penggerak BUMP

Semarang – Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah menggelar koordinasi pengembangan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dalam rangka mendukung Sistem Logistik Daerah (Sislogda) pada Rabu-Kamis, 20-21 Oktober 2021 bertempat di Hotel Kesambi Hijau, Semarang. Dalam kesempatan tersebut, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Staf Khusus Gubernur Jawa Tengah dan Ketua Seknas BUMP Indonesia menjadi pemantik diskusi. Para peserta yang hadir dalam agenda tersebut diantaranya Tim Seknas BUMP Indonesia, BUMP PT. Wijayakusuma Pangan Mandiri, BUMP PT. Tani Purworejo Makmur, dan undangan yang lain. Koordinasi berlangsung dua hari tersebut bertujuan untuk menyelaraskan pemikiran dan langkah para penggerak dalam mengembangkan BUMP di Provinsi Jawa Tengah.

Agenda diawali dengan materi yang disampaikan oleh Agus Wariyanto, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dengan mengenalkan konsep penggerak BUMP sebagai sebutan Bolo Tani. Petani harus didampingi secara intensif karena sangat mudah dijadikan objek apalagi dengan posisi yang lemah, maka konsep Bolo Tani memberikan harapan kepada penggerak untuk bersama-sama merasakan kondisi yang juga dirasakan petani sehingga dapat mendampingi secara adaptif dan membumikan eksistensinya.

Selanjutnya Sugeng Edi Waluyo, Ketua Seknas BUMP Indonesia menyampaikan bahwa aktivitas dalam pengembangan BUMP di Jawa Tengah itu berdasarkan landasan teori yang ilmiah agar kemudian tidak dipersepsikan sama dengan pedagang pasar. Petani harus didorong menjadi kelembagaan ekonomi petani untuk menjalankan badan usaha berbadan hukum dengan berpikir secara modern. Edi menambahkan bahwa dasar hukum BUMP tidak hanya dengan UU No. 40 Tahun 2007 namun dalam proses pembentukannya harus memperhatikan UU No. 19 Tahun 2013.

Staf Khusus Gubernur Jawa Tengah, Warsito Ellwein memantik peserta dalam pengorganisasian Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dengan tiga hal pokok. Pertama yang harus diperhatikan oleh Bolo Tani adalah komitmen dalam membantu petani karena petani sebagai aktor terpenting yang memiliki risiko terbesar namun yang menikmati hasilnya bukan petani. Kedua, perlu pengorganisasian petani dengan cara membangkitkan kekuatan (power) yang dimiliki petani itu sendiri dan dukungan saling sinergi yang berkelanjutan dari berbagai stakeholders. Ketiga, BUMP wajib memiliki benefit dalam bergerak, namun tidak melupakan upaya pemberdayaan kepada masyarakat (petani).

Diskusi cukup berjalan interaktif, Sukardi selaku Direktur Utama BUMP PT. Wijayakusuma Pangan Mandiri memberikan pengalamannya di lapangan bahwa sebenarnya yang dibutuhkan oleh petani itu adalah tindakan yang nyata. BUMP ini dapat menjadikan kendaraan untuk bertindak secara nyata dalam meningkatkan pendapatan petani, memudahkan akses kebutuhan petani, hingga mencapai kemandirian. Produk yang dihasilkan melalui BUMP PT. Wijayakusuma Pangan Mandiri sampai saat ini sudah berupa benih mandiri sesuai kondisi lingkungan agar menghasilkan produktivitas terbaik. Disisi lain, aktivitas Sistem Resi Gudang (SRG) dan akses pemasaran kepada mitra seperti Food Station juga sudah berjalan.

Similar Posts