Rembug BUMP, Gapoktan dan LPM Wonogiri Temui Seknas BUMP Indonesia
Wonogiri – Petani Wonogiri yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) serta Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) melakukan kunjungan ke Seknas BUMP Indonesia pada Senin (28/6) yang difasilitatasi oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri. Kegiatan pertemuan diselenggarakan secara hybrid (daring dan luring) dengan mengundang Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah. Pertemuan yang bertempat di Pusdiklat Seknas BUMP Indonesia, Baturetno dihadiri sekitar 15 petani perwakilan Gapoktan maupun LPM dalam rangka untuk mengoptimalkan pasokan dan cadangan pangan yang tersedia di masyarakat.
Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri, Hariyadi sebagai fasilitator yang mendampingi petani dalam pertemuan tersebut melaporkan potensi sektor pertanian yang dimiliki Kabupaten Wonogiri dengan ditinjau dari berbagai komoditas. Hariyadi juga menyampaikan produksi padi Wonogiri tahun ini tergolong surplus. Namun demikian, data yang dihimpun para penyuluh tersebut belum dapat dibuktikan secara nyata karena pasokan yang tersedia tidak sesuai yang dilaporkan. Hal ini yang mendorong Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri segera bertindak cepat untuk mengoptimalkan peran LPM melalui integrasi dengan BUMP agar dapat menjaga pasokan pangan daerah dan melindungi petani.
“Produksi padi di Kabupaten Wonogiri ini sebenarnya surplus tapi sampai saat ini entah lari ke mana. Hal ini juga ditambah dengan rantai distribusi yang cukup panjang dan merugikan petani. Sebenarnya potensi padi juga disusul dengan jagung yang rencananya ke depan untuk pengembangan 1 desa 1 lumbung. Saat ini, ada kurang lebih 36 lumbung pangan dari tingkat RT, RW, dan desa. Lumbung pangan yang aktif saat ini ada di tingkat desa sekaligus punya gudang penyimpanan. Dari 20 LPM yang cukup aktif bisa menghasilkan 205,967 ton beras. Harapan kami, LPM dapat berintegrasi dengan BUMP sehingga tercipta cadangan pangan dan kesejahteraan bagi petani Wonogiri,” jelas Hariyadi, Kasi Ketersediaan dan Diversifikasi Pangan.
Dalam kesempatan yang berbahagia itu, Ketua Seknas BUMP Indonesia, Sugeng Edi Waluyo menyambut baik kedatangan Gapoktan dan LPM serta Dinas Pertanian dan Pangan Wonogiri. Edi yang juga petani menyampaikan Seknas BUMP Indonesia siap mendukung upaya sinergitas ini semata-mata untuk membangun bersama Kabupaten Wonogiri. Integrasi LPM dengan BUMP jika terealisasi sesuai alur yang baik dapat menjadi pelopor dari kabupaten lain di Jawa Tengah bahkan nasional. Ia menjelaskan Badan Usaha Milik Petani (BUMP) merupakan kelembagaan ekonomi petani berbadan hukum yang bergerak dalam bidang pemberdayaan dan bisnis dengan mengimplementasikan konsep dasar UU. No. 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani.
“Dasar hukum BUMP yang tertuang dalam UU. No. 19 Tahun 2013 dan Perda Provinsi Jawa Tengah No.5 Tahun 2016 mendorong petani untuk dapat memiliki badan usaha secara mandiri sehingga dapat menjadi wadah bersama dalam bersaing dan memutus rantai distribusi yang panjang. Selain itu, melalui integrasi LPM dengan BUMP ini nantinya dapat menjalankan dua peran diantaranya hubungan dengan pemerintah berupa serapan bantuan melalui LPM dan ruang peningkatan ekonomi melalui BUMP. Output dari hal ini BUMP dapat meningkatkan Nilai Tukar Petani (NTP) sehingga petani selaku produsen pangan dapat sejahtera,” ungkap Edi.
Selama ini petani selalu dijadikan objek dan terkesan selalu ketergantungan atau belum bisa mandiri. Andriko, Ketua Pengelola LPM memberikan tanggapan, menurutnya program BUMP sangat-sangat menarik dan solutif serta baru pertama kali mendengarkan sejelas ini langsung dari yang merumuskan. Ia menambahkan agar setelah ini petani segera didampingi Seknas BUMP Indonesia untuk membuat BUMP karena potensi pangan Wonogiri yang sebenarnya melimpah dapat menjadi peluang yang besar.
“BUMP harus mengangkat harkat dan martabat petani dan menjadikan petani sebagai subjek bukan objek. Karena selama ini petani belum bisa mandiri, sehingga upaya ini dapat mengurangi ketergantungan petani. BUMP bisa di proyeksikan tidak hanya komoditas padi, namun bisa beragam. Terkait produksi potensi lokal atau pangan strategis kita jangan dikhawatirkan karena sebenarnya melimpah. Saya sangat semangat dan siap gotong royong bareng untuk merealisasikan rencana ini,” tegas Andriko, petani peraih penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN).
Masalah petani hingga sampai saat ini berupa rantai distribusi yang panjang disebabkan oleh tengkulak memang berdampak pada penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) serta belum optimalnya pasokan pangan daerah untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Agus Wariyanto, Ketua Dinas Ketahanan Pangan Jawa Tengah menekankan kunci keberhasilan petani untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan cara gotong royong atau bersama-sama. Melalui integrasi BUMP dengan LPM dan Sistem Logistik Daerah (Sislogda) yang digagas Pemprov Jawa Tengah dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan, petani bisa mengaktualisasikan potensinya untuk mandiri sehingga sudah tidak lagi ketergantungan.
“Tengkulak atau rantai distribusi yang panjang dari segi manapun tidak akan menguntungkan petani. Integrasi ini harus dilakukan secara bersama-sama, karena memang kunci keberhasilannya dengan gotong royong. BUMP dengan LPM selain sebagai stabilisasi pasokan dan cadangan pangan daerah, juga digunakan sebagai model bisnis yang mandiri bagi petani. Harapannya ini bisa menjadi upaya konkret dalam memberikan kesejahteraan kepada petani. Jadi tidak hanya pasokan tapi juga harga di lapangan harus diperhatikan. Tolong Pak Edi segera saja melakukan asesmen kepada Gapoktan dan LPM agar tercipta standarisasi kualitas untuk BUMP. Mari wujudkan Jateng Gayeng bersama-sama,” pungkas Agus.